Rabu, 31 Desember 2014

Masa Depan Dalam Al-Qur'an


Masa Depan Dalam Al-Qur'an

Sisi keajaiban lain dari Al Qur'an adalah ia memberitakan terlebih dahulu sejumlah peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Ayat ke-27 dari surat Al Fath, misalnya, memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan menaklukkan Mekah, yang saat itu dikuasai kaum penyembah berhala:

لَقَدْ صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِنْ دُونِ ذَلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا

laqad shadaqa allaahu rasuulahu alrru/yaa bialhaqqi latadkhulunna almasjida alharaama in syaa-a allaahu aaminiina muhalliqiina ruuusakum wamuqashshiriina laa takhaafuuna fa'alima maa lam ta'lamuu faja'ala min duuni dzaalika fathan qariibaan

"Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat {1406}."
{1406} Selang beberapa lama sebelum terjadi perdamaian Hudaibiyah Nabi Muhammad s.a.w. bermimpi bahwa beliau bersama Para sahabatnya memasuki kota Mekkah dan Masjidil Haram dalam Keadaan sebagian mereka bercukur rambut dan sebahagian lagi bergunting. Nabi mengatakan bahwa mimpi beliau itu akan terjadi nanti. kemudian berita ini tersiar di kalangan kaum muslim, orang-orang munafik, orang-orang Yahudi dan Nasrani. setelah terjadi perdamaian Hudaibiyah dan kaum muslimin waktu itu tidak sampai memasuki Mekkah Maka orang-orang munafik memperolok-olokkan Nabi dan menyatakan bahwa mimpi Nabi yang dikatakan beliau pasti akan terjadi itu adalah bohong belaka. Maka turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa mimpi Nabi itu pasti akan menjadi kenyataan di tahun yang akan datang. dan sebelum itu dalam waktu yang dekat Nabi akan menaklukkan kota Khaibar. andaikata pada tahun terjadinya perdamaian Hudaibiyah itu kaum Muslim memasuki kota Mekkah, Maka dikhawatirkan keselamatan orang-orang yang Menyembunyikan imannya yang berada dalam kota Mekah waktu itu.
(QS. Al Fath [48]:27)

Diriwayatkan bahwa sebelum Rasulullah saw dan para sahabat berangkat ke Mekah pada tahun keenam hijrah, beliau telah bermimpi. Dalam mimpi itu, beliau melihat dirinya dan para sahabat memasuki Masjidil Haram dalam keadaan aman dan damai, tidak dihalangi oleh sesuatu pun Beliau melihat di antara para sahabat ada yang menggunting dan mencukur rambutnya.

Kemudian mimpi beliau itu disampaikannya kepada para sahabat, dan para sahabat menyambutnya dengan gembira, karena mereka merasa yakin bahwa mimpi Rasulullah saw itu akan menjadi kenyataan dan mereka akan masuk kota Mekah pada tahun itu juga.

Setelah beliau kembali dari Hudaibiyah dan ternyata waktu itu beliau tidak dapat memasuki kota Mekah, para sahabat pun menjadi kecewa. Kekecewaan itu bertambah setelah mereka sampai di Madinah pada waktu orang-orang munafik mengejek mereka dengan mengatakan, "Mana bukti kebenaran mimpi Muhammad itu?" Berhubung dengan itu, turunlah ayat ini yang menegaskan kebenaran mimpi Rasulullah itu.

Kekecewaan itu tergambar pula pada sikap Umar bin Khattab sebagaimana tersebut dalam riwayat berikut. Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab berkata: Aku datang kepada Rasulullah saw., maka aku berkata: "Bukankah engkau Nabi Allah yang sebenarnya?"

Rasulullah saw menjawab:
"Benar."

Aku berkata: "Kalau begitu, mengapa kita dihina dalam agama kita?"

Berkata Rasulullah saw:
"Sesungguhnya aku adalah Rasulullah dan aku tidak durhaka kepada-Nya dan Dia-lah penolongku."

Aku berkata: "Bukankah engkau telah menyampaikan kepada kami bahwa kita akan datang ke Baitullah dan melakukan tawaf?" Berkata Umar: "Lalu aku datang kepada Abu Bakar, maka aku berkata: "Ya Abu Bakar, bukankah Nabi Allah ini benar?" Abu Bakar berkata: "Benar". Aku berkata: "Bukankah kita di jalan yang benar dan musuh kita di jalan yang batil?" Abu Bakar berkata: "Benar". Aku berkata: "Mengapa kepada kita diberi kehinaan dalam agama kita?"

Abu Bakar berkata: "Wahai laki-laki, sesungguhnya dia adalah Rasul Allah, ia tidak mendurhakai Tuhannya dan Dia adalah penolongnya, maka berpeganglah pada ketentuan-Nya; maka demi Allah, sesungguhnya dia Muhammad itu berdiri di atas yang benar,"

Aku berkata: "Bukankah telah disampaikan kepada kita bahwa sesungguhnya dia akan datang ke Baitullah dan melakukan tawaf?" Abu Bakar berkata: "Benar", apakah ia mengabarkan kepadamu bahwa Rasulullah akan datang ke Baitullah tahun ini" Aku berkata: "Sesungguhnya engkau akan datang ke Baitullah tahun ini" Aku berkata: "Sesungguhnya engkau akan datang ke Baitullah dan akan tawaf di sana."

Ketika kita lihat lebih dekat lagi, ayat tersebut terlihat mengumumkan adanya kemenangan lain yang akan terjadi sebelum kemenangan Mekkah. Sesungguhnya, sebagaimana dikemukakan dalam ayat tersebut, kaum mukmin terlebih dahulu menaklukkan Benteng Khaibar, yang berada di bawah kendali Yahudi, dan kemudian memasuki Mekkah.

Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan hanyalah salah satu di antara sekian hikmah yang terkandung dalam Al Qur'an. Ini juga merupakan bukti akan kenyataan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah, Yang pengetahuan-Nya tak terbatas.

Kekalahan Bizantium merupakan salah satu berita tentang peristiwa masa depan, yang juga disertai informasi lain yang tak mungkin dapat diketahui oleh masyarakat di zaman itu. Yang paling menarik tentang peristiwa bersejarah ini, adalah bahwa pasukan Romawi dikalahkan di wilayah terendah di muka bumi.

Ini menarik sebab "titik terendah" disebut secara khusus dalam ayat yang memuat kisah ini. Dengan teknologi yang ada pada masa itu, sungguh mustahil untuk dapat melakukan pengukuran serta penentuan titik terendah pada permukaan bumi. Ini adalah berita dari Allah yang diturunkan untuk umat manusia, Dialah Yang Maha Mengetahui.
Sumber:http://id.harunyahya.com/id/Keajaiban-Al-Quran/102288/Informasi-mengenai-peristiwa-masa-depan-dalam-Al-Quran.
http://quran.bacalah.net/content/surat/index.php

Rabu, 10 Desember 2014

Obey Allah and His Apostle.

They ask you concerning the anfāl.1) Say, ‘The anfāl belong to Allah and the Apostle.’ So be wary of Allah and settle your differences, and obey Allah and His Apostle, should you be faithful.

1)Or, ‘They ask you for the anfāl,’ according to an alternate reading (yasʾalūnaka al-anfāl). In the present Qurʿānic context, the term anfāl refers to the spoils of war.

Surah Al Anfaal 2.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

innamaa almu/minuuna alladziina idzaa dzukira allaahu wajilat quluubuhum wa-idzaa tuliyat 'alayhim aayaatuhu zaadat-hum iimaanan wa'alaa rabbihim yatawakkaluuna

Sesungguhnya orang-orang yang beriman {594} ialah mereka yang bila disebut nama Allah (595} gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat- ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
{594} Maksudnya: orang yang sempurna imannya.
{595} Dimaksud dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya.

Allah swt. menjelaskan bahwa orang-orang mukmin ialah mereka yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat seperti tersebut dalam ayat ini. Tiga sifat disebutkan dalam ayat ini, sedang dua sifat lagi disebutkan dalam ayat berikutnya.

SIFAT YANG PERTAMA

Ialah mereka yang apabila disebutkan nama Allah gemetarlah hatinya karena ingat keagungan dan kekuasaan-Nya. Pada saat itu timbullah dalam jiwanya perasaan penuh haru mengingat besarnya nikmat dan karunia-Nya. Dalam pada itu mereka merasa takut apabila mereka tidak memenuhi tugas kewajiban sebagai hamba Allah, dan merasa berdosa apabila melanggar larangan-larangan-Nya.

Gemetarlah hati sebagai perumpamaan dari perasaan takut adalah sikap mental yang bersifat abstrak yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Sedang orang lain dapat mengetahui dengan memperhatikan tanda-tanda lahiriah dari orang yang merasakannya yang terlukis dalam perkataan atau gerak-gerik dalam perbuatan.

Sikap mental itu adakalanya tampak dalam perkataan sebagaimana tergambar dalam firman Allah:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.
(Q.S Al Mu'minun: 60)

Dan adakalanya tampak pada gerak-gerik dalam perbuatan, firman Allah swt.:
إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ إِنَّا مِنْكُمْ وَجِلُونَ
Ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mereka mengucapkan "salam". Berkata Ibrahim: "Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu."
(Q.S Al Hijr: 52)

SIFAT YANG KEDUA

Ialah mereka yang apabila dibacakan ayat-ayat Allah bertambah iman mereka karena ayat-ayat itu mengandung dalil-dalil yang kuat yang mempengaruhi jiwanya sedemikian rupa, sehingga mereka bertambah yakin dan mantap serta dapat memahami kandungan isinya, sedang anggota badannya tergerak untuk melaksanakannya.

Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa iman seseorang dapat bertambah dan dapat berkurang sesuai dengan ilmu dan amalnya, Rasulullah bersabda:
الأيمان بضع وسبعون شعبة أعلاها شهادة أن لا إله إلا الله وأدناها إماطة الأذى عن الطريق
Iman itu ada 79 cabang yang tertinggi adalah pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.
(H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa bertambahnya iman seseorang tampak apabila ia lebih giat beramal. Iman dan amal adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisahkan.

Firman Allah swt.:
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu karena itu takutlah pada mereka." Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadikan Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."
(Q.S Ali Imran [3]:173)

Dan firman Allah:
وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا
Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan memang benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.
(Q.S Al ahzab: 22)

SIFAT YANG KETIGA

Ialah mereka yang bertawakal hanya kepada Allah Yang Maha Esa, tidak berserah diri kepada yang lain-Nya.

Tawakal adalah tingkat tinggi dan tangga tauhid, dan merupakan senjata terakhir dan rentetan usaha seseorang dalam mewujudkan serentetan amal setelah dipersiapkan sarana-sarana dan syarat-syarat yang diperlukan guna terwujudnya rangkaian amal itu.

Hal ini dapat dipahami, karena pada hakikatnya segala macam gerak dan perbuatan hanyalah terwujud menurut hukum-hukum yang berlaku yang tunduk di bawah kekuasaan Allah, maka tidak benarlah apabila seseorang itu berserah diri kepada selain Allah.
Sumber:
[http://al-quran.info/#8:2]
[Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net]

Decline of Time

The surah that opens with the oath of the Divine One swearing by the decline of Time and humankind’s absolute loss of every single thing but righteousness, truth, patience, and faith. It takes its name from the phrase “by time” (wal- ʿāṣr) as mentioned in verse 1. The surah shows the way to salvation. The image of a declining day suggests the stage in the day, or in life, when only a short while is left for those wishing to make up for lost time.

al-ʿAṣr (Time) »Meccan (surah 103 • 3 ayahs)«

By Time!  Indeed man is in loss, except those who have faith and do righteous deeds, and enjoin one another to [follow] the truth, and enjoin one another to patience.

Surah Al 'Ashr 1-3
««•»»««•»»««•»»««•»»
Ayat 1.
««•»»««•»»««•»»««•»»

وَالْعَصْرِ

waal'ashri
Artinya:Demi Masa.

Dalam ayat ini Allah SWT bersumpah dengan masa yang terjadi di dalamnya bermacam-macam kejadian dan pengalaman yang menjadi bukti atas kekuasaan Allah yang mutlak, hikmah-Nya yang tinggi dan Ilmu-Nya yang sangat luas. Perubahan-perubahan besar yang terjadi pada masa itu sendiri, seperti pergantian siang dengan malam yang terus-menerus, habisnya umur manusia dan sebagainya merupakan tanda ke-Agungan Allah SWT.

Dalam ayat lain yang sama maksudnya, Allah berfirman:
ومن آياته الليل والنهار والشمس والقمر
Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan.
(Q.S. Fussilat: 37)


Apa yang dialami manusia dalam masa itu dari senang dan susah, miskin dan kaya, senggang dan sibuk, suka dan duka dan lain-lain yang menunjukkan secara gamblang bahwa bagi alam semesta ini ada pencipta dan pengaturnya.

Dialah Tuhan yang harus disembah dan hanya kepada-Nya kita memohon untuk menolak bahaya dan menarik manfaat, sedangkan orang-orang kafir menghubungkan peristiwa-peristiwa tersebut hanya kepada suatu masa saja, sehingga mereka berkata, bila ditimpa oleh sesuatu bencana bahwa ini hanya kemauan alam saja.

Tetapi Allah menjelaskan bahwa masa itu adalah salah satu makhluk-Nya dan di dalamnya terjadi bermacam-macam kejadian, kejahatan dan kebaikan. Bila seseorang ditimpa musibah adalah karena akibat tindakannya, masa tidak campur tangan dengan terjadinya musibah itu.

««•»»««•»»««•»»««•»»
Ayat 2.
««•»»««•»»««•»»««•»»

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ

Dalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa manusia sebagai makhluk Allah sungguh secara keseluruhan berada dalam kerugian.Perbuatan buruk manusia adalah merupakan sumber kecelakaannya yang menjerumuskannya ke dalam kebinasaan, bukan masanya atau tempat.

Dosa seseorang terhadap Tuhannya yang memberi nikmat tak terkira kepadanya adalah suatu pelanggaran yang tak ada bandingannya sehingga merugikan dirinya.

««•»»««•»»««•»»««•»»
Ayat 3.
««•»»««•»»««•»»««•»»

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ


Dalam ayat ini Allah menjelaskan agar manusia tidak merugi hidupnya ia harus beriman kepada Allah, melaksanakan ibadat sebagaimana yang diperintahkannya, berbuat baik untuk dirinya sendiri dan berusaha menimbulkan manfaat kepada orang lain.

Di samping beriman dan beramal saleh mereka saling nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan saling nasihat-menasihati pula supaya tetap berlaku sabar, menjauhi perbuatan maksiat yang Setiap orang cenderung kepadanya, karena dorongan hawa nafsunya.
Sumber:
[http://al-quran.info/#103:1-3]
[Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net]

Selasa, 09 Desember 2014

Allah have created for hell many of the jinn and humans.

Certainly We have created for hell many of the jinn and humans: they have hearts with which they do not understand, they have eyes with which they do not see, they have ears with which they do not hear. They are like cattle; rather they are more astray. It is they who are the heedless.

Surah Al A'raaf 179

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
walaqad dzara/naa lijahannama katsiiran mina aljinni waal-insi lahum quluubun laa yafqahuuna bihaa walahum a'yunun laa yubshiruuna bihaa walahum aatsaanun laa yasma'uuna bihaa ulaa-ika kaal-an'aami bal hum adhallu ulaa-ika humu alghaafiluuna

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Kemudian Allah swt. dalam ayat ini menguraikan apa yang tidak terperinci pada ayat-ayat yang lampau tentang hal-hal yang menyebabkan terjerumusnya manusia ke dalam kesesatan. Allah menjelaskan banyak manusia menjadi isi neraka Jahanam seperti halnya mereka yang masuk surga sesuai dengan amalan mereka masing-masing.

Firman Allah:
فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ
Maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.
(Q.S Hud: 105)

Firman Allah lagi:
فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ
Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.
(QS Asy Syura [26]:7)

Hal-hal yang menyebabkan manusia itu diazab di neraka Jahanam ialah bahwa akal dan perasaan mereka tidak dipergunakan untuk memahami keesaan dan kebesaran Allah swt. padahal kepercayaan pada keesaan Allah swt. itu membersihkan jiwa mereka dari segala macam was-was dan dari sifat hina serta rendah diri lagi menanamkan pada diri mereka rasa percaya terhadap dirinya sendiri.

Demikian pula mereka tidak menggunakan akal pikiran mereka untuk kehidupan rohani dan kebahagiaan abadi. Jiwa mereka terikat kepada kehidupan duniawi,

Sebagaimana difirmankan Allah swt.:
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.
(Q.S Ar Rum: 7)

Mereka tidak memahami bahwa tujuan mereka diperintahkan menjauhi kemaksiatan itu dan didorong berbuat kebajikan adalah untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Mereka tidak memahami hukum-hukum masyarakat dan pengaruh kepercayaan agama Islam dalam mempersatukan umat. Mereka tidak memahami tanda-tanda keesaan Allah baik dalam diri pribadi manusia maupun yang ada di permukaan bumi. Mereka tidak memahami dan merenungkan wahyu Tuhan yang disampaikan kepada Rasul-Nya.

Mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat bukti kebenaran dan keesaan Allah swt. Segala kejadian dalam sejarah manusia, segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia setiap hari, yang dilihat dan yang didengar tidak menjadi bahan pemikiran dan renungan untuk dianalisa dan hal ini disimpulkan Allah swt.,

dalam firman-Nya:
وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
Dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit jua pun bagi mereka karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.
(Q.S Al Ahqaf: 26)


Mereka tidak dapat memanfaatkan mata, telinga dan akal sehingga mereka tidak memperoleh hidayat Allah yang membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Keadaan mereka seperti binatang bahkan lebih buruk daripada binatang, sebab binatang tidak mempunyai daya pikir untuk mengolah hasil penglihatan dan pendengaran mereka. Binatang mengadakan tanggapan atau reaksi terhadap dunia luar secara instinctif dan bertujuan hanyalah untuk mempertahankan hidup.

Maka dia makan dan minum serta memenuhi kebutuhannya, tidaklah melampaui dari batas kebutuhan biologis hewani. Tetapi bagaimana dengan manusia bila sudah menjadi budak hawa nafsu? Dan akal mereka tidak bermanfaat lagi? Mereka berlebih-lebihan dalam memenuhi kebutuhan jasmani mereka sendiri, berlebih-lebihan dalam mengurangi hak orang lain. Diperasnya hak orang lain bahkan kadang-kadang di luar perikemanusiaan.

Bila sifat-sifat demikian menimpa sesuatu bangsa dan negara, maka negara itu tampak menjadi serakah dan penghisap terhadap bangsa dan negara lain.

Mereka mempunyai hati (perasaan dan pikiran) tetapi tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat (Allah). Mereka lupa dan melalaikan bukti-bukti kebenaran Allah pada diri pribadi, pada kemanusiaan dan alam semesta ini, mereka melupakan penggunaan perasaan dan pikiran untuk tujuan-tujuan yang luhur dan meninggalkan kepentingan yang pokok dari kehidupan manusia sebagai pribadi dan bangsa.
Sumber:
[http://al-quran.info/#7:179]
[Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net]


Gardens of Eden promised.

Gardens of Eden promised by the All-beneficent to His servants, [while they were still] unseen. Indeed His promise is bound to come to pass.

Surah Maryam 61

جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدَ الرَّحْمَنُ عِبَادَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّهُ كَانَ وَعْدُهُ مَأْتِيًّا

jannaati 'adnin allatii wa'ada alrrahmaanu 'ibaadahu bialghaybi innahu kaana wa'duhu ma/tiyyaan

Yaitu syurga 'Adn yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun (syurga itu) tidak nampak. Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati.

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa surga yang dijanjikan-Nya akan menjadi tempat kediaman bagi orang-orang yang bertobat dan bertakwa itu, ialah surga 'Ada. Meskipun surga yang dijanjikan itu tidak dapat dilihat oleh manusia di dunia ini, karena masih dalam alam gaib dan kapan manusia itu pasti masuk ke dalamnya tidak pula dapat diketahuinya dengan pasti karena semua itu hanya diketahui oleh Allah. Tetapi bagi orang yang beriman dan yakin akan terjadinya hari berbangkit dan berhisab, hal itu tidak diragukan sedikitpun karena janji itu adalah janji Allah Yang Maha Sempurna, Maha Adil dan Maha Bijaksana. Pastilah janji itu akan dipenuhi-Nya dan akan dilaksanakan-Nya.
Sumber:
[http://al-quran.info/#19:61]
[Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net]

Allah Created Every Animal

Allah created every animal from water. Among them are some that creep upon their bellies, and among them are some that walk on two feet, and among them are some that walk on four. Allah creates whatever He wishes. Indeed Allah has power over all things.

Surah An Nuur 45

وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَى بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَى رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَى أَرْبَعٍ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

waallaahu khalaqa kulla daabbatin min maa-in faminhum man yamsyii 'alaa bathnihi waminhum man yamsyii 'alaa rijlayni waminhum man yamsyii 'alaa arba'in yakhluqu allaahu maa yasyaau inna allaaha 'alaa kulli syay-in qadiirun

Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Pada ayat ini Allah mengarahkan perhatian manusia supaya memperhatikan bintang-bintang yang bermacam-macam jenis dan bentuknya.

Allah telah menciptakan semua jenis binatang itu dari air. Ternyata memang air itulah yang menjadi pokok bagi kehidupan binatang dan sebagian besar dari unsur-unsur yang ada dalam tubuhnya adalah air, dan tidak akan dapat bertahan dalam hidupnya tanpa air.

Di antara binatang-binatang itu ada yang melata yang bergerak dan berjalan dengan perutnya seperti ular. Di antaranya ada yang berjalan dengan dua kaki dan ada pula yang berjalan dengan empat kaki, bahkan kita lihat pula di antara binatang-binatang itu yang banyak kakinya, tetapi tidak disebutkan dalam ayat ini karena Allah menerangkan bahwa Dia menciptakan apa yang dikehendaki Nya bukan saja binatang-binatang yang berkaki banyak tetapi mencakup semua binatang dengan berbagai macam bentuk.

Masing-masing binatang itu diberinya naluri anggota dan alat-alat pertahanan agar ia dapat menjaga kelestarian hidupnya. Ahli-ahli ilmu hewan merasa kagum memperhatikan susunan tubuh anggota masing-masing hewan itu sehingga ia dapat bertahan atau menghindarkan diri dari musuhnya yang hendak membinasakannya.

Hal itu semua menunjukkan kekuasaan Allah dan atas ketelitian dan kekokohan ciptaan Nya. Memang tidaklah dapat manusia bagaimanapun tinggi ilmu dan teknologinya menciptakan sesuatu seperti ciptaan Allah,

Sebagaimana tersebut dalam firman Nya:
صنع الله الذي اتقن كل شيء إنه خبير بما تفعلون
(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q.S. An Naml: 88)
Sumber:
[http://al-quran.info/#24:45]
[Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net]

I'm only a warner

Say, ‘I have no control over any benefit for myself nor [over] any harm except what Allah may wish. Had I known the Unseen, I would have acquired much good, and no ill would have befallen me. I am only a warner and a bearer of good news to a people who have faith.’

Surah Al A'raaf 188

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
qul laa amliku linafsii naf'an walaa dharran illaa maa syaa-a allaahu walaw kuntu a'lamu alghayba laistaktsartu mina alkhayri wamaa massaniya alssuu-u in anaa illaa nadziirun wabasyiirun liqawmin yu'minuuna

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".

Kemudian Allah swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk menegaskan kepada umat manusia, bahwa segala perkara dalam dunia ini yang membawa manfaat atau membawa mudarat adalah berasal dari Allah swt.

Nabi Muhammad saw. sendiri walaupun dekat pada Allah swt. tidaklah menguasai kemanfaatan dan kemudaratan sehingga dia dapat mengatur menurut kehendaknya.

Dia bukanlah pemilik kedua perkara itu bukan pula sumbernya. Bahkan malang tak dapat ditolaknya bila tiba kepada dirinya atau pun orang lain, dan untung tak dapat diraihnya bila menjauh dari dirinya atau diri orang lain.

Kedua perkara itu datang dan pergi dari diri seseorang tergantung kepada kodrat Allah swt.

Kaum Muslimin pada mulanya beranggapan bahwa setiap orang yang menjadi rasul tentulah dia mengetahui perkara-perkara yang gaib, memiliki kemampuan di luar kemampuan manusia biasa, baik untuk mencari sesuatu keuntungan atau pun menolak sesuatu kemudaratan untuk dirinya atau pun untuk orang lain.

Buat memperbaiki kekeliruan pandangan ini, Allah swt. menyuruh Rasulullah untuk menjelaskan bahwa kedudukan rasul tidak ada hubungannya dengan hal yang demikian itu. Rasul hanyalah pemberi petunjuk dan bimbingan, tiadalah dia mempunyai daya mencipta atau meniadakan. Apa yang diketahuinya tentang hal-hal yang gaib adalah yang diberi tahu oleh Allah swt. kepadanya.

Sekiranya Nabi saw. mengetahui hal-hal yang gaib, misalnya mengetahui peristiwa-peristiwa di hari mendatang, tentulah Nabi saw. mempersiapkan dirinya lahir batin, moril dan materil untuk menghadapi peristiwa itu dan tentulah beliau tidak akan ditimpa kesusahan.

Sebenarnya Rasulullah saw. adalah manusia biasa. Perbedaan dengan orang biasa hanyalah terletak pada tugas yang dibebankan kepada beliau, yakni memberikan bimbingan dan pengajaran yang telah digariskan Allah swt. untuk manusia.

Nabi hanyalah memberi peringatan dan membawa berita gembira kepada orang yang beriman.
Sumber:
[http://al-quran.info/#7:188]
[http://khotbahjumat.com/hak-persaudaraan-ukhuwah-sesama-muslim/]
[Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net]

Senin, 08 Desember 2014

The faithful are indeed brothers.

The faithful are indeed brothers. Therefore make peace between your brothers and be wary of Allah, so that you may receive [His] mercy.
Surah Al Hujuraat 10

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
innamaa almu/minuuna ikhwatun fa-ashlihuu bayna akhawaykum waittaquu allaaha la'allakum turhamuuna
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin semuanya bersaudara seperti hubungan persaudaraan antara orang-orang seketurunan karena sama-sama menganut unsur keimanan yang sama yang kekal dalam surga, tersebut dalam sebuah hadis sahih:

المسلم أخو المسلم لا يظلمه ولا يعيبه ولا يخذله ولا يتطاول عليه في البنيان فيستر عليه الريح إلا بإذنه ولا يؤذيه بقتار قدره إلا أن يغرف له غرفة ولا يشتري لبنيه الفاكهة فيخرجون بها إلى صبيان جاره ولا يطعمونهم منها ثم قال: احفظوا ولا يحفظ إلا قليل
Orang muslim itu adalah saudara orang muslim, jangan ia berbuat aniaya kepadanya, jangan ia membuka aibnya, jangan ia menyerahkannya kepada musuh, dan jangan ia meninggikan bangunan rumahnya sehingga menutup udara tetangganya kecuali dengan izinnya, jangan ia mengganggu tetangganya dengan asap masakan dari periuknya kecuali jika ia memberi segayung dari kuahnya, dan jangan ia membeli buah-buahan untuk anak-anaknya, lalu dibawa keluar kepada anak-anak tetangganya, kecuali jika mereka diberi buah-buaban itu. Kemudian Nabi saw bersabda, "Peliharalah (norma-norma pergaulan), tetapi sayang, sedikit sekali di antara kamu yang memeliharanya".

Dan pada hadist sahih yang lain dinyatakan:
إذا دعا المسلم لأخيه بظهر الغيب قال الملك: آمين ولك بمثله
Apabila seorang muslim mendoakan saudaranya yang gaib, maka malaikat berkata: "Amin, dan semoga kamu pun mendapat seperti itu".

Oleh karena persaudaraan itu mendorong ke arah perdamaian, maka Allah SWT menganjurkan agar terus diusahakan perdamaian di antara saudara-saudara seagama seperti perdamaian di antara saudara-saudara yang seketurunan, dan supaya mereka tetap memelihara ketakwaan kepada Allah; mudah-mudahan mereka memperoleh rahmat dan ampunan Allah sebagai balasan terhadap usaha-usaha perdamaian dan ketakwaan mereka.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَدِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلَ الْجَسَدِالْوَاحِدِ ,إِذَااشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِوَالْحُمَّى

“Perumpamaan kaum mukminin satu dengan yang lainnya dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur.”

Apabila ini yang menjadi kewajiban kaum muslimin, maka ukhuwah ini mewajibkan mereka saling memenuhi hak satu dengan lainnya. Di antara hak tersebut adalah:

Mencintai karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Yaitu tanpa membedakan nasab di antara mereka, juga tanpa egoisme yang membawa mereka kepada sifat tidak baik, akan tetapi karena Allah Subhanahu wa Ta’ala semata-mata.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِى

Tidak (sempurna) iman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda yang artinya, “Ada 3 hal, barang siapa yang berada padanya ia akan merasakan manisnya iman, pertama:  hendaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dia cintai dari pada selainnya; kedua: dia mencintai seseorang semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala; ketiga: dia enggan untuk kembali kepada kekafiran  setelah diselamatkan oleh Allah  Subhanahu wa Ta’ala sebagimana dia juga enggan untuk dilemparkan ke dalam api Neraka.”

Mendamaikan mereka.

Apabila ada perselisihan dan perpecahan di antara mereka, maka kewajiban seorang muslim adalah mendamaikannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَاتَّقُوا اللهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنَكُمْ وَأَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Oleh sebab itu, bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perbaikilah hubungan antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah  Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman.”
(QS. Al Anfal [8]:1)

Islâh maknanya adalah meluruskan masalah yang diperselisihkan dan mengembalikannya kepada kaum muslimin serta memperbaiki kedua pihak yang berselisih.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggap perbuatan mendamaikan kaum muslimin sebagai sedekah, maka kewajiban mereka yaitu jika ada perselisihan atau perpecahan di antara mereka, hendaknya mereka damaikan dan luruskan perselisihan tersebut dengan adil, sehingga ukhuwah kembali terjalin di antara mereka.

Jujur dalam bermuamalah.

Hendaknya mereka bermuamalah dengan jujur, tidak berdusta, tidak berkhianat dan tidak  menipu dalam jual beli. Hendaknya muamalah jual beli tersebut dilakukan atas dasar niat yang baik, tanpa menutupi aib yang ada pada barang yang dijual dan tanpa berbohong dalam harganya. Kejujuran adalah keselamatan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Apabila dua orang muslim bermuamalah jual beli, maka ada khiyar (hak memilih) bagi keduanya. Jika keduanya jujur dan berterus terang, maka keduanya akan mendapat barakah dari jual belinya, dan jika keduanya berdusta dan menyembunyikan, maka barakah akan dihilangkan dari jual belinya.”

Mendoakan kebaikan kepadanya, mendoakannya dengan maghfirah, agar diberi kemaslahatan dunia dan agama.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad [47]:19)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Hak muslim satu dengan lainnya ada 6, yaitu apabila engkau bertemu dengannya, berilah salam kepadanya; apabila dia mengundangmu, penuhilah udangannya; apabila dia meminta nasehat kepadamu, maka nasehatilah; apabila dia bersin dan mengucapkan alhamdulillâh, maka doakanlah; apabila dia sakit, maka jenguklah; dan apabila dia meninggal, maka iringilah jenazahnya.”

Pertama: apabila seorang muslim bertemu dengan saudaranya, hendaknya dia mendahuluinya dengan salam. Memulai salam hukumnya sunah, sedangkan menjawab salam hukumnya wajib,

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَآ أَوْ رُدُّوهَآ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ حَسِيبًا
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).”
(QS. An Nisâ [4]:86)

Hendaknya kaum muslimin menyebarkan salam di antara mereka. Abdullah bin Salam mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berilah makan (orang miskin, red.), sambunglah silaturahmi dan shalatlah pada malam hari ketika manusia dalam sedang tidur, engkau akan masuk surga dengan keselamatan.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan perintah mengucap salam dan memberi makan (fakir miskin) karena hal itu akan menumbuhkan rasa kecintaan antar kaum muslimin dan menghilangkan kegelisahan.
Kedua: sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila dia mengundangmu, maka penuhilah.” Maksudnya, apabila dia mengundangmu untuk walimah atau hadir dalam suatu resepsi, hendaknya engkau datang, kecuali apabila ada udzur syar`i yang menyebabkan berhalangan hadir atau memberatkanmu.  Akan tetapi jika pada walimah atau resepsi tersebut ada kemungkaran dan engkau mampu mengubah kemungkaran tersebut, maka engkau wajib datang dan mengubahnya. Akan tetapi jika tidak mampu mengubahnya, janganlah engkau menghadirinya. Kehadiranmu yang tidak bisa mengubah kemungkaran itu, merupakan tanda engkau setuju dengan hal tersebut.
Ketiga: sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila dia minta nasihat, maka nasihatilah.” Maksudnya, apabila dia meminta nasihat kepadamu dalam suatu perkara dan meminta pendapat kamu yang baik, maka hendaknya kamu bersungguh-sungguh menasihatinya, baik dalam hal yang dia sukai maupun tidak.
Keempat: sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila dia bersin dan memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, doakanlah dia.” Bersin merupakan nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena mengosongkan udara buruk yang ada di tubuh. Apabila dia bersin, ini merupakan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang perlu disyukuri. Sehingga apabila dia memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, wajib bagi orang yang berada di sisinya untuk mendoakanya dengan mengucapkan, “Yarhamukallâh”. Kemudian orang yang bersin mengucapkan, “Yahdîkumullâh wa yushlih bâlakum.” Ini merupakan perilaku muslimin yang baik, maka hukumnya wajib untuk menjawab orang yang bersin apabila dia memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kelima: sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila dia sakit, maka jenguklah.” Menjenguk orang sakit mengandung kebaikan yang banyak, di antaranya bisa mengurangi beban orang yang sakit dan  keluarganya. Mengunjunginya, duduk di sampingnya dan mendoakannya, maka akan membuat dia bahagia dan menguatkan rajâ`-nya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara adab menjenguk orang sakit, pertama: hendaknya secara berkala; jangan setiap hari karena hal itu akan memberatkannya, kecuali dia suka yang demikian. Kedua: mendoakan kesembuhan baginya, memberi motivasi kepadanya agar segera sembuh, melapangkan bebannya, dan menghiburnya. Ketiga: hendaknya jangan berlama-lama duduk di sampingnya agar tidak membebaninya, kecuali dia menginginkannya.
Keenam: sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila dia meninggal dunia, maka iringilah jenazahnya.” Hal itu karena ada doa, permohonan ampun kepadanya, menyenangkan wali dan kerabatnya dan ada unsur memuliakan kedudukan orang yang meninggal. Barang siapa yang menghadiri jenazah, menyalatkan dan mendoakannya, maka dia akan memperoleh pahala satu  qirâth. Barang siapa menyalatkan dan mengiringinya sampai pemakaman, dia akan memperolah 2 qirâth. Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa itu dua qirâth?” Beliau menjawab, “Seperti dua gunung yang besar.”
Wahai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan jagalah hak-hak saudara kalian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sesungguhnya Allah  Subhanahu wa Ta’ala amat berat siksa-Nya.” (QS. Al Mâidah [5]:2)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرَانِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ فِيْهِ ِمنَ اْلأَياَتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ, أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ,فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُالرَّحِيْمُ
Sumber:
[http://al-quran.info/#49:10]
[http://khotbahjumat.com/hak-persaudaraan-ukhuwah-sesama-muslim/]
[Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net]

Al-Qur'an Increases The Wrongdoers Only In Loss.

We send down in the Qurʾān that which is a cure and mercy for the faithful; and it increases the wrongdoers only in loss.
Surah Al Israa' 82

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
wanunazzilu mina alqur-aani maa huwa syifaaun warahmatun lilmu/miniina walaa yaziidu alzhzhaalimiina illaa khasaaraan
Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

Ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT menurunkan Alquran kepada Muhammad, sebagai obat penyakit kejahilan, yaitu syirik dan kesesatan, penyakit ragu-ragu dan penyakit munafik, yaitu penyakit-penyakit jiwa dan merupakan rahmat bagi seluruh kaum muslimin baik bagi individu maupun bagi masyarakat, yang mau melaksanakan perintah-perintah dan menghentikan larangan-larangan yang tersebut di dalamnya, sehingga mereka masuk surga dan terlepas dari azab Allah.

Alquran telah membebaskan orang-orang Arab dari kebodohan dan kejahilan, menjadi orang yang terkemuka di dunia pada masa-masa ke khalifahan Umaiyah dan kekhalifahan Abbasiyah, tetapi mereka kembali menjadi terbelakang, setelah mereka mengabaikan ajaran-ajaran Alquran.

Dahulu mereka menjadi umat yang disegani, akhirnya mereka telah menjadi pion-pion yang dapat dijadikan umpan peluru bagi musuh dalam percaturan dunia. Karena mereka memperhatikan dan melaksanakan ajaran Alquran, negeri mereka pernah menjadi pusat dunia ilmu pengetahuan, menjadi pusat perdagangan dunia dan sebagainya, mereka pernah hidup makmur dan bahagia. Ayat ini memperingatkan kaum Muslimin bahwa mereka akan dapat memegang peranan kembali di dunia, jika mereka mau kembali mengikuti Alquran dan berpegang teguh pada ajarannya yang murni, baik dalam masalah individu maupun dalam masalah masyarakat.

Sebaliknya jika mereka tidak mau melaksanakan ajaran Alquran yang sebenarnya, mengutamakan kepentingan pribadi atas kepentingan agama dan masyarakat hanya memperbincangkan masalah-masalah yang tidak berarti, yang dapat memecahkan umat, maka Allah akan menjadikan musuh-musuh untuk mereka sebagai penguasa atas diri mereka, sehingga menjadi tidak lebih dan tidak kurang akan menjadi orang asing atau menjadi budak dalam rumah tangga sendiri.

Cukup pahit pengalaman kaum Muslimin, karena mengabaikan ajaran Alquran. Alquran menyuruh mereka bersatu dan bermusyawarah, tetapi mereka menjadi pecah belah karena masalah-masalah khilifiah yang kecil-kecil, sedang masalah-masalah yang penting dan besar mereka abaikan.

Ayat ini juga mengingatkan kaum Muslimin bahwa orang-orang yang lalim, jiwanya penuh dengan kesombongan dan ketakaburan, penuh dengan rasa dengki dan rasa iri dan ingin jadi terkemuka serta haus kekuasaan, maka semuanya itu akan menambah kerugian bagi diri mereka.
Sumber:
[http://al-quran.info/#17:82]
[Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net]


"I desire no provision from them ..."

"I desire no provision from them, nor do I desire that they should feed Me." Indeed it is Allah who is the All-provider, Powerful, All-strong.
Surah Adz Dzaariyaat 57 - 58
ما أُريدُ مِنهُم مِن رِزقٍ وَما أُريدُ أَن يُطعِمونِ

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزّاقُ ذُو القُوَّةِ المَتينُ
««•»»
maa uriidu minhum min rizqin wamaa uriidu an yuth'imuuni
inna allaaha huwa alrrazzaaqu dzuu alquwwati almatiinu
««•»»
"Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan." Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.
««•»»

Dalam ayat ini, selanjutnya Allah SWT menerangkan bahwa sesungguhnya Ia tidak akan minta bantuan mereka untuk sesuatu kemanfaatan atau kemudaratan dan tidak pula menghendaki rezeki dan memberikan makan seperti apa yang dikerjakan oleh para majikan terhadap buruhnya karena Allah SWT tidak perlu kepada mereka, bahkan merekalah yang memerlukan Nya dalam segala urusan mereka, Allah SWT adalah Pencipta mereka dan Pemberi rezeki mereka. Dialah yang mempunyai kekuasaan, kemampuan dan kekuatan yang tak terhingga. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.

Aba Hurairah meriwayatkan dan berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يقول الله تعالى: يا ابن آدم تفرغ لعبادتي أملأ صدرك غنى وأسد فقرك وإلا تفعل ملأت صدرك شغلا ولم أسد فقرك
««•»»
Rasulullah bersabda:
"Allah SWT berfirman: "Wahai anak Adam, luangkanlah waktu untuk beribadat kepada Ku niscaya Ku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Ku tutupi kefakiran, dan jika engkau tidak berbuat (menyediakan waktu) untuk beribadat kepada Ku niscaya akan Ku penuhi dadamu dengan kesibukan (keruwetan) dan tak akan Ku tutupi kebutuhanmu (kefakiran)".
(H.R. Ahmad dari Abu Hurairah)
Sumber:
[http://al-quran.info/#51:57·58]
[Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net]

Minggu, 07 Desember 2014

Tak Seorangpun Mengetahui

No one knows what has been kept hidden for them of comfort as a reward for what they used to do.

Surah As-Sajdah 17

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
««•»»
fa-lā taʿlamu nafsun mā ʾukhfiya lahum min qurrati ʾaʿyunin jazāʾan bi-mā kānū yaʿmalūna
««•»»
Tak seorangpun mengetahui berbagai ni'mat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.
««•»»

Ayat ini menerangkan bahwa seseorang tidak dapat mengetahui betapa besar kebahagiaan dan kesenangan yang akan diberikan Allah kepadanya di akhirat nanti, dan betapa enaknya dan nyamannya tinggal di dalam surga itu, sebagai balasan perbuatan baik yang telah dikerjakan selama hidup di dunia.

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan imam-imam hadis yang lain dari Abu Hurairah, 

Rasulullah saw bersabda:
يقول الله تعالى: أعددت لعبادي الصالحين ما لا عين رأت ولا أذن سمعت ولا خطر على قلب بشر إلا ما أطلعتكم عليه; اقرءوا إن شئتم: فلا تعلم نفس ما أخفي لهم من قرة أعين.
Allah SWT berfirman:
"Aku telah menyediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh apa yang belum pernah mala melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya dan belum pernah tergores di dalam hati manusia. kecuali apa yang telah Aku kemukakan kepadamu. Bacalah. jika kamu menghendakinya "Fala ta'lamu nafs.. sampai akhir".

Diriwayatkan oleh Firyabi, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Jarir, At Tabrani, Al Hakim dan dinyatakan sebagai hadis sahih dari Ibnu Masud ia berkata:

"Sesungguhnya termaktub dalam Taurat bahwa Allah menjanjikan kepada orang-orang yang jauh lambung mereka dari tempat tidurnya, apa yang belum dilihat mata, belum didengar telinga, belum tergores dalam hati manusia malaikat yang dekat kepada Tuhan tidak mengetahuinya demikian pula para Rasul yang diutusnya, sesungguhnya itu terdapat pula di dalam Alquran, sebagai yang tersebut dalam ayat tersebut di atas.
Sumber:
[http://al-quran.info/#32:17]
[Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net]

Sabtu, 06 Desember 2014

Pedihnya Azab Neraka


Surah An Nisaa' 115

ومَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
waman yusyaaqiqi alrrasuula min ba'di maa tabayyana lahu alhudaa wayattabi' ghayra sabiili almu/miniina nuwallihi maa tawallaa wanushlihi jahannama wasaa-at mashiiraan
««•»»
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu {348} dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.
{348} Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan.
««•»»
But whoever defies the Apostle, after the guidance has become manifest to him, and follows a way other than that of the faithful, We shall abandon him to his devices and We shall make him enter hell, and it is an evil destination.
««•»»

Kemudian Allah SWT, menegaskan bahwa seseorang yang menentang Rasul setelah nyala baginya kebenaran dan kebenaran risalah yang dibawanya, serta mengikuti jalan orang-orang yang menyimpang dari jalan kebenaran, maka Allah SWT, membiarkan mereka .menempuh jalan sesat yang dipilihnya itu kemudian Dia akan memasukkan mereka ke dalam neraka Jahanam, tempat kembali yang seburuk-buruknya.

Ayat ini erat hubungannya dengan tindakan Tu'mah dan pengikut-pengikutnya, dan perbuatan orang-orang yang bertindak seperti yang dilakukan Tu'mah itu.

Dari ayat ini dipahami bahwa Allah SWT, telah menganugerahkan kepada manusia kemauan dan kebebasan memilih. Pada ayat Alquran yang lain diterangkan pula bahwa Allah SWT, telah menganugerahkan akal, pikiran dan perasaan serta melengkapinya dengan petunjuk-petunjuk yang dibawa para Rasul. Jika manusia menggunakan dengan baik semua anugerah Allah itu, pasti ia dapat mengikuti jalan yang benar.

Tetapi kebanyakan manusia mementingkan dirinya sendiri, mengikuti hawa nafsunya, sehingga ia tidak menggunakan akal, pikiran, perasaan, dan petunjuk petunjuk Allah SWT, dalam menetapkan dan memilih perbuatan yang patut dikerjakannya. Karena itu ada manusia yang menantang dan memusuhi para Rasul, setelah nyata bagi mereka kebenaran dan ada pula manusia yang amat suka mengerjakan pekerjaan-pekerjaan jahat, sekalipun hatinya mengakui kesalahan perbuatannya itu.

Allah SWT, menilai perbuatan-perbuatan manusia, kemudian Dia memberi balasan yang setimpal; amal baik dibalasi dengan pahala yang berlipat ganda, sedang perbuatan buruk diberi balasan yang setimpal dengan perbuatan itu.
Sumber:
[http://al-quran.info/#4:115]
[Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net]

Jumat, 05 Desember 2014

Alif-Laam-Miim

 
Surah Al Baqarah 1

 الم

Alif, lam, mim,

Termasuk huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan beberapa surah Alquran. Ada dua hal yang perlu dibicarakan tentang huruf-huruf abjad yang disebutkan pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu, yaitu apa yang dimaksud dengan huruf ini, dan apa hikmahnya menyebutkan huruf-huruf ini?

Tentang soal pertama, maka para mufassir berlainan pendapat, yaitu:

Ada yang menyerahkan saja kepada Allah, dengan arti mereka tidak mau menafsirkan huruf-huruf itu. Mereka berkata, "Allah sajalah yang mengetahui maksudnya."

Mereka menggolongkan huruf-huruf itu ke dalam golongan ayat-ayat mutasyabihat.

Ada yang menafsirkannya. Mufassirin yang menafsirkannya ini berlain-lain pula pendapat mereka, yaitu:

Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah isyarat (keringkasan dari kata-kata), umpamanya Alif Lam Mim. Maka "Alif" adalah keringkasan dari "Allah", "Lam" keringkasan dari "Jibril", dan "Mim" keringkasan dari Muhammad, yang berarti bahwa Alquran itu datangnya dari Allah, disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad.

Pada Alif Lam Ra; "Alif" keringkasan dari "Ana", "Lam" keringkasan dari "Allah" dan "Ra" keringkasan dari "Ar-Rahman", yang berarti: Saya Allah Yang Maha Pemurah.

Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama dari surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu.

Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad ini adalah huruf-huruf abjad itu sendiri.

Maka yang dimaksud dengan "Alif" adalah "Alif", yang dimaksud dengan "Lam" adalah "Lam", yang dimaksud dengan "Mim" adalah "Mim", dan begitu seterusnya.

Huruf-huruf abjad itu untuk menarik perhatian.

Menurut para mufassir ini, huruf-huruf abjad itu disebut Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim, hikmahnya adalah untuk "menantang".

Tantangan itu bunyinya kira-kira begini: Alquran itu diturunkan dalam bahasa Arab, yaitu bahasa kamu sendiri, yang tersusun dari huruf-huruf abjad, seperti Alif Lam Mim Ra, Ka Ha Ya Ain Shad, Qaf, Tha Sin dan lain-lainnya.

Maka kalau kamu sekalian tidak percaya bahwa Alquran ini datangnya dari Allah dan kamu mendakwakan datangnya dari Muhammad, yakni dibuat oleh Muhammad sendiri, maka cobalah kamu buat ayat-ayat yang seperti ayat Alquran ini. Kalau Muhammad dapat membuatnya tentu kamu juga dapat membuatnya."

Maka ada "penantang", yaitu Allah, dan ada "yang ditantang", yaitu bahasa Arab, dan ada "alat penantang", yaitu Alquran. Sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasih berbahasa Arab, dan mengetahui pula seluk-beluk bahasa Arab itu menurut naluri mereka, karena di antara mereka itu adalah pujangga-pujangga, penyair-penyair dan ahli-ahli pidato, namun demikian mereka tidak bisa menjawab tantangan Alquran itu dengan membuat ayat-ayat seperti Alquran.

Ada juga di antara mereka yang memberanikan diri untuk menjawab tantangan Alquran itu, dengan mencoba membuat kalimat-kalimat seperti ayat-ayat Alquran itu, tetapi sebelum mereka ditertawakan oleh orang-orang Arab itu, lebih dahulu mereka telah ditertawakan oleh diri mereka sendiri.

Para mufassir dari golongan ini, yakni yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu disebut oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquran untuk menantang bangsa Arab itu, mereka sampai kepada pendapat itu adalah dengan "istiqra" artinya menyelidiki masing-masing surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu.

Dengan penyelidikan itu mereka mendapat fakta-fakta sebagai berikut:
  1. Surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad ini adalah surah-surah Makiyah (diturunkan di Mekah), selain dari dua buah surah saja yang Madaniyah (diturunkan di Madinah), yaitu surah Al-Baqarah yang dimulai dengan Alif Lam Mim dan surah Ali Imran yang dimulai dengan Alif Lam Mim juga. Sedang penduduk Mekah itulah yang tidak percaya bahwa Alquran itu adalah dari Tuhan, dan mereka mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata.
  2. Sesudah menyebutkan huruf-huruf abjad itu ditegaskan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah, atau diwahyukan oleh-Nya. Penegasan itu disebutkan oleh Allah secara langsung atau tidak langsung. Hanya ada 9 surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu yang tidak disebutkan sesudahnya penegasan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah.
  3. Huruf-huruf abjad yang disebutkan itu adalah huruf-huruf abjad yang banyak terpakai dalam bahasa Arab.
  4. Dari ketiga fakta yang didapat dari penyelidikan itu, mereka menyimpulkan bahwa huruf-huruf abjad itu didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu adalah untuk "menantang" bangsa Arab agar membuat ayat-ayat seperti ayat-ayat Alquran itu, bila mereka tidak percaya bahwa Alquran itu, datangnya dari Allah dan mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata sebagai yang disebutkan di atas.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa para mufassir yang mengatakan bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan Allah untuk "tahaddi" (menantang) adalah memakai tariqah (metode) ilmiah, yaitu "menyelidiki dari contoh-contoh, lalu menyimpulkan daripadanya yang umum". Tariqah ini disebut "Ath-Thariqat Al-Istiqra'iyah" (metode induksi).

Ada mufassir yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah-surah Alquranul Karim untuk menarik perhatian.

Memulai pembicaraan dengan huruf-huruf abjad adalah suatu cara yang belum dikenal oleh bangsa Arab di waktu itu, karena itu maka hal ini menarik perhatian mereka.

Tinjauan terhadap pendapat-pendapat ini:

PERTAMA
Pendapat yang pertama, yaitu menyerahkan saja kepada Allah karena Allah sajalah yang mengetahui, tidak diterima oleh kebanyakan mufassirin ahli-ahli tahqiq (yang menyelidiki secara mendalam). (Lihat Tafsir Al-Qasimi j.2, hal. 32)

Alasan-alasan mereka ialah:
««a»»
 Allah sendiri telah berfirman dalam Alquran:

بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ

Dengan bahasa Arab yang jelas.
(Q.S. Asy Syu'ara': 195)

Maksudnya Alquran itu dibawa oleh Jibril kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang jelas. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa ayat-ayat dalam Alquran itu adalah "jelas", tak ada yang tidak jelas, yang tak dapat dipahami atau dipikirkan, yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.

««b»»
Di dalam Alquran ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Alquran itu menjadi petunjuk bagi manusia. Di antaranya firman Allah:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ 
Ayat di atas menerangkan bahwa Alquran ini tidak ada keraguan padanya karena ia wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw Nabi yang terakhir dengan perantaraan Jibril a.s.
Hal ini tegaskan oleh Allah swt. dalam firman-Nya:
الم تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Alif lam mim. Turunnya Alquran yang tidak ada keraguan padanya (adalah) dari Tuhan semesta alam.
(Q.S As Sajadah: 1 dan 2)

Yang dimaksud "Al Kitab" di sini ialah Alquran .
Disebut "Al Kitab." sebagai isyarat bahwa Alquran harus ditulis, karena itu Nabi Muhammad saw. memerintahkan para sahabat menulis ayat-ayat Alquran

Alquran ini bimbingan bagi orang-orang bertakwa, sehingga ia berbahagia hidup di dunia dan di akhirat nanti.

Orang-orang yang bertakwa ialah orang-orang yang memelihara dan menjaga dirinya dari azab Allah dengan selalu melaksanakan perintah-perintah Allah swt. dan menghentikan larangan-larangan-Nya.

Firman-Nya lagi:
وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
....dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
(Q.S. Al-Baqarah [2]:97) 

Firman-Nya lagi:
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(Q.S. Ali Imran [3]:138)

Dan banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan bahwa Alquran itu adalah petunjuk bagi manusia. Sesuatu yang fungsinya menjadi "petunjuk" tentu harus jelas dan dapat dipahami. Hal-hal yang tidak jelas tentu tidak dijadikan petunjuk.

««c»»
Dalam ayat yang lain Allah berfirman pula:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
(Q.S. Al-Qamar: 17, 22, 32, dan 40)

KE·DUA
Tafsir lainnya:
  1. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad itu adalah keringkasan dari suatu kalimat. Pendapat ini juga banyak para mufassir yang tidak dapat menerimanya. Keberatan mereka ialah: tidak ada kaidah-kaidah atau patokan-patokan yang tertentu untuk ini, sebab itu para mufassir yang berpendapat demikian berlain-lainan pendapatnya dalam menentukan kalimat-kalimat itu. Maka di samping pendapat mereka bahwa Alif Lam Mim artinya ialah: Allah, Jibril, Muhammad, ada pula yang mengartikan "Allah, Latifun, Maujud" (Allah Maha Halus lagi Ada). (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
  2. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan beberapa surah ini adalah nama surah, juga banyak pula para mufassir yang tidak dapat menerimanya. Alasan mereka ialah: bahwa surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu kebanyakannya adalah mempunyai nama yang lain, dan nama yang lain itulah yang terpakai. Umpamanya surah Al-Baqarah, Ali Imran, Maryam dan lain-lain. Maka kalau betul huruf-huruf itu adalah nama surah, tentu nama-nama itulah yang akan dipakai oleh para sahabat Rasulullah dan kaum muslimin sejak dari dahulu sampai sekarang. Hanya ada empat buah surah yang sampai sekarang tetap dinamai dengan huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan surah-surah itu, yaitu: Surah Thaha, surah Yasin, surah Shad dan surah Qaf. (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
  3. Pendapat yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad itu sendiri, dan abjad-abjad ini didatangkan oleh Allah ialah untuk "menantang" (tahaddi). Inilah yang dipegang oleh sebahagian mufassirin ahli tahqiq. (Di antaranya: Az Zamakhsyari, Al Baidawi, Ibnu Taimiah, dan Hafizh Al Mizzi, lihat Rasyid Rida, Tafsir Al Manar jilid 8, hal. 303 dan Dr Shubhi As Salih, Mabahis Ulumi Qur'an, hal 235. Menurut An Nasafi: pendapat bahwa huruf abjad ini adalah untuk menantang patut diterima. Lihat Tafsir An Nasafi, hal. 9)
  4. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad ini adalah untuk "menarik perhatian" (tanbih) pendapat ini juga diterima oleh ahli tahqiq. (Tafsir Al Manar jilid 8 hal. 209-303)
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa "yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad yang disebutkan oleh Allah pada permulaan beberapa surat dari Alquran hikmahnya adalah untuk "menantang" bangsa Arab serta menghadapkan perhatian manusia kepada ayat-ayat yang akan dibacakan oleh Nabi Muhammad saw."
Sumber: [Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net]