Senin, 23 Maret 2015

Tingkat-tingkat Umat Islam Yang Menerima Al-Quran


TINGKAT-TINGKAT UMAT ISLAM
YANG MENERIMA AL-QUR'AN

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
tsumma awratsnaa alkitaaba alladziina isthafaynaa min 'ibaadinaa faminhum zhaalimun linafsihi waminhum muqtashidun waminhum saabiqun bialkhayraati bi-idzni allaahi dzaalika huwa alfadhlu alkabiiru
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
 Then We made heirs to the Book [That is, the Qurʾān] those whom We chose from Our servants. Yet some of them are those who wrong themselves, and some of them are average, and some of them are those who take the lead in all the good works by Allah’s will. That is the greatest grace [of Allah]!
(QS. Fathir [35]:32)
««•»»

جَنّاتُ عَدنٍ يَدخُلونَها يُحَلَّونَ فيها مِن أَساوِرَ مِن ذَهَبٍ وَلُؤلُؤًا ۖ وَلِباسُهُم فيها حَريرٌ
jannaatu 'adnin yadkhuluunahaa yuhallawna fiihaa min asaawira min dzahabin walu/lu-an walibaasuhum fiihaa hariirun
 (Bagi mereka) syurga 'Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.
Gardens of Eden, which they will enter, adorned therein with bracelets of gold and pearl, and their garments therein will be of silk.
(QS. Fathir [35]:33)
««•»»

وَقالُوا الحَمدُ لِلَّهِ الَّذي أَذهَبَ عَنَّا الحَزَنَ ۖ إِنَّ رَبَّنا لَغَفورٌ شَكورٌ
jannaatu 'adnin yadkhuluunahaa yuhallawna fiihaa min asaawira min dzahabin walu/lu-an walibaasuhum fiihaa hariirun
Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri.
They will say, ‘All praise belongs to Allah, who has removed all grief from us. Indeed Our Lord is all-forgiving, all-appreciative,
(QS. Fathir [35]:34)
««•»»

الَّذي أَحَلَّنا دارَ المُقامَةِ مِن فَضلِهِ لا يَمَسُّنا فيها نَصَبٌ وَلا يَمَسُّنا فيها لُغوبٌ
alladzii ahallanaa daara almuqaamati min fadhlihi laa yamassunaa fiihaa nashabun walaa yamassunaa fiihaa lughuubun
Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu".
who has settled us in the everlasting abode by His grace. In it we are untouched by toil, and untouched therein by fatigue.’
(QS. Fathir [35]:35)
««•»»

وَالَّذينَ كَفَروا لَهُم نارُ جَهَنَّمَ لا يُقضىٰ عَلَيهِم فَيَموتوا وَلا يُخَفَّفُ عَنهُم مِن عَذابِها ۚ كَذٰلِكَ نَجزي كُلَّ كَفورٍ
waalladziina kafaruu lahum naaru jahannama laa yuqdaa 'alayhim fayamuutuu walaa yukhaffafu 'anhum min 'adzaabihaa kadzaalika najzii kulla kafuurin
Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.
As for the faithless there is for them the fire of hell: they will neither be done away with so that they may die, nor shall its punishment be lightened for them. Thus do We requite every ingrate.
(QS. Fathir [35]:36)
««•»»

وَهُم يَصطَرِخونَ فيها رَبَّنا أَخرِجنا نَعمَل صالِحًا غَيرَ الَّذي كُنّا نَعمَلُ ۚ أَوَلَم نُعَمِّركُم ما يَتَذَكَّرُ فيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجاءَكُمُ النَّذيرُ ۖ فَذوقوا فَما لِلظّالِمينَ مِن نَصيرٍ
wahum yastharikhuuna fiihaa rabbanaa akhrijnaa na'mal shaalihan ghayra alladzii kunnaa na'malu awa lam nu'ammirkum maa yatadzakkaru fiihi man tadzakkara wajaa-akumu alnnadziiru fadzuuquu famaa lilzhzhaalimiina min nashiirin
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.
They shall cry therein for help: ‘Our Lord! Bring us out, so that we may act righteously —different from what we used to do!’ ‘Did We not give you a life long enough that one who is heedful might take admonition? And [moreover] the warner had [also] come to you. Now taste [the consequence of your deeds], for the wrongdoers have no helper.’
(QS. Fathir [35]:37)
««•»» 
Sumber:
http://id.wikisource.org/wiki/Al-Qur%27an/Fatir

Sabtu, 21 Maret 2015

Fawatihus Suwar


FAWATIHUS SUWAR

A. PENGERTIAN

Kata Fawatih al-Suwar  berasal dari bahasa Arab, sebuah kalimat yang terdiri dari susunan dua kata, fawatih dan al-Suwar. Memahami ungkapan ini, sebaiknya kita urai terlebih dahulu kepada pencarian makna kata perkata.

Kata فواتح yang berarti pembuka adalah jamak Taksir dari (فاتحة), yang mempunyai arti permulaan, pembukaan, dan pendahuluan. Sedangkan السور adalah jamak dari سورة yang secara etimologi mempunyai banyak arti, yaitu: tingkatan atau martabat, tanda atau alamat, gedung yang tinggi nan indah, susunan sesuatu atas lainnya yang bertingkat tingkat.

Secara terminologi surah dimaknai secara berbeda, menurut Manna’ al-Qaththan bahwa surah adalah sekumpulan ayat ayat al-Quran yang mempunyai tempat bermula dan sekaligus tempat berhenti.Sebaliknya al-Ja’barimengatakan bahwa surah adalah sebagian al-Qur’an yang mencakup beberapa ayat yang memiliki permulaan dan penghabisan (penutup), paling sedikit tiga ayat.

Dari pengertian diatas maka dapat dipahami dari segi makna fawatih al-suwar berarti pembuka-pembuka surah karena posisinya yang mengawali perjalanaan teks-teks setiap surah.

Sebahagian Ulama ada yang mengidentikkan fawatih al-suwar dengan huruf al-muqatta'ah atau huruf-huruf yang terpisah dalam al-Quran.Seperti misalnya, Manna' Khalil al-Qaththan dalam bukunya" Mabahis Fi Ulum al-Quran".

Namun bila diteliti lebih jauh, sesungguhnya keduanya sama sekali berbeda. Sebab huruf al-muqatta'ah ini tidak terdapat pada semua awal surah yang jumlahnya 114 dalam al-Qur'an. Ia tak lebih hanya merupakan salah satu bagian dari beberapa bentuk "fawatih al-Suwar " yang ada dalam al-Qur'an.
Menurut Ibn Abi al-Ishba`, istilah fawatih adalah jenis-jenis perkataan yang membuka surah-surah dalam al-Qur’an. Jenis jenis perkataan itu dibagi menjadi sepuluh, yaitu: Jumlah khabariyyah, Qasam, Syarat, Perintah, Pertanyaan, Doa, Ta’lil,  Pujian kepada Allah, Nida’, dan yang terakhir huruf huruf tahajji (huruf-huruf muqatta’ah), atau yang biasa disebut al- fawatih. Wallahu a'lam.

B. MACAM-MACAM

Menurut kajian yang dilakukan oleh Imam al-Qasthalany, bahwa terdapat sepuluh macam bentuk fawatih al-suwar dalam al-Qur'an. Kesepuluh macam bentuk fawatih al-suwar tersebut sebagai berikut:

Pertama

Istiftah bi al-Sana' (Pembukaan dengan memakai pujian kepada Allah). Terdapat pada 14 surah, yang terbagi menjadi dua yaitu:
  1. Isbat li sifat al-Madh (penetapan untuk sifat-sifat terpuji) seperti lafadz tahmid alhamdlillah terdapat pada 5 surah (surah ke- (1), (6), (18), (34), dan (35). dan
  2. Lafadz tabarak, terdapat pada dua surah (surah ke- (25) dan (67).
Ke·dua

Istiftah bi al-Huruf al-Muqatta'ah (Pembukaan dengan memakai huruf huruf hijaiyyah yang terputus-putus). Pembukaan seperti ini terdapat di 29 surat dalam al-Qur'an, yang disusun dalam 14 rangkaian huruf sebagai berikut:
  1. Terdiri dari satu huruf (Sad, Qaf, dan Nun), terdapat pada tiga surah, yaitu: surah ke- 38, 60, dan 68.
  2. Terdiri dari dua huruf, terdapat pada sepuluh surah. Tujuh surah diantaranya dinamakan haamim, karena surah-surah ini dimulai dengan huruf « ha » dan « mim ». yaitusurah ke (40), (41), (42), (43), (44), (45), (46). Tiga surah yang lainnya adalah surah ke- (20) yang diawali dengan (طه), surah ke-27 yang diawali dengan طس dan surah ke-28.(يس)Terdiri dari tiga huruf yang berjumlah tiga belas surah., yaitu surah ke- (2), (3), (29), (30), (31), dan (32). Adapun lima surah. Yaitu surah ke- (10), (11), (12), (14), (15).  Dua buah surah lainnya yang diawali dengan tiga huruf adalah surah ke-(26) dan (28).
  3. Terdiri dari empat huruf, yaitu surah al-A’raf , dan surah al- Ra’ad Terdiri dari lima huruf, yaitu surah Maryam (19)
Ke·tiga

Istiftah bi al-Nida' (Pembukaan dengan memakai kata-kata panggilan atau seruan) yang terdapat pada 10 surah. Panggilan ini ada dua macam, yaitu:
  1. Panggilan untuk Nabi terdapat pada surah ke-(33), (65), (66), (73), (74).
  2. Panggilan untuk umat manusia terdapat pada surah ke-(4), (5), (22), (49), (60).
Ke·empat

Istiftah bi al-Jumal al-Khabariyyah (Pembukaan dengan memakai kalimat berita). Adapun struktur kalimat berita yang dipakai pada awal surat ada dua macam:
  1. Struktur Jumlah Ismiyah, yang menjadi pembukaan 11 surah, yaitu surah ke- (9), (24), (39), (47), (48), (55), (69), (71), (97), (101), (108).
  2. Jumlah Fi'liyah, yang menjadi pembuka 12 surah sebagai berikut: surah ke-(8), (16), (21), (23), (54), (58), (70), (75), (80), (90), (98), (102).
Ke·lima

Istiftah bi al-Qasam (Pembukaan dengan memakai kata-kata sumpah). Sumpah yang digunakan dalam al-Qur'an ada tiga macam, yaitu:
  1. Sumpah dengan benda-benda angkasa, terdapat pada 8 surah, yaitu: surah ke-(37), (53), (77), (79), (85), (86), (89), dan (91).
  2. Sumpah dengan benda-benda yang ada di bumi, terdapat pada 4 surah yaitu: surah ke- (51), (52), (95), (100).
  3. Sumpah dengan waktu, terdapat pada tiga surah, yaitu surah ke- (92), (93), (103).
Ke·enam

Istiftah bi al-Syart (Pembukaan dengan memakai kata-kata syarat)
Pembukaan surat dengan menggunakan kata syarat dapat dijumpai di 7 surat dalam al-Qur'an, yaitu surah ke- (56), (63), (81), (82), (84), (99), (110)

Ke·tujuh

Istiftah bi al-Amr (Pembukaan dengan menggunakan kata kerja perintah)
Menurut penelitian para ahli, ada enam kata kerja perintah yang dipakai dalam pembukaan al-Qur'an, yaitu: Qul, dan Iqra'. Terdapat pada 6 surah, yaitu: surah ke- (72), (96), (109), (112), (113), (114).

Ke·delapan

Istiftah bi al-Istifham (Pembukaan dengan pertanyaan). Bentuk pertanyaan ini ada dua macam, yaitu:
  1. Pertanyaan positif, bentuk pertanyaan dengan kalimat positif, terdapat  pada 4 surah yaitu surah ke- (76), (78), (88), (107).
  2. Pertanyaan negatif, bentuk pertanyaan dengan kalimat negatif, terdapat pada dua surah yaitu surah ke-(94), dan surah ke- (105),
Ke·sembilan

Istiftah bi al-Du'a' (Pembukaan dengan doa)
      Pembukaan dengan doa ini terdapat dalam tiga surah, yaitu: surah ke-(83), (104), (111)

Ke·sepuluh

Istiftah bi al-Ta'lil (Pembukaan dengan alasan)
      Pembukaan dengan alasan ini hanya terdapat dalam satu surat saja, yaitu surah ke-(106).

C. PENDAPAT ULAMA

Para ulama salaf dalam menyikapi ayat-ayat mutasyabihat yang terletak pada awal surat berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut telah tersusun sejak azali sedemikianrupa, melengkapi segala yang melemahkan manusia dan mendatangkan seperti Al-Qur’an. Karena kehatian-hatiannya, mereka tidak berani member penafsiran dan tidak berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap huruf itu.

Dan mereka berkeyakinan bahwa Allah sendiri yang mengetahui tafsirannya. Hal ini menjadi suatu kewajaran yang berlaku bagi ulama salaf karena dalam hal teologi pun menolak terjun dalam pembahasan tentang hal-hal yang suci seperti ungkapannya : “Istimewa Allah adalah cukup diketahui, hal ini harus kita percayai, mempersoalkan hal itu adalah bid’ah”.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Asy-Sya’bi yang dikutip oleh Subhi Sholih menyatkaan “ Huruf awalan itu adalah rahasia Al-Qur’an ”.

Hal ini sebagaimana diperjelas dengan perkataan Ali bin Abi Tholib.“Sesungguhnya bagi tiap-tiap kitabada saripatinya, saripati Al-Qur’an iniadalah huruf-huruf Hijaiyah”. Abu Bakar Ash-Sidiq pernah berkata: “ Di tiap-tiap kita ada rahasianya, rahasia dalam Al-Qu’anadalah permulaan-permulaan surat”.

Pendapat atau penafsiran para mufasir tentang Fawaithus Suwar:
  1. Mufasir dari Kalangan Tasawuf.Ulamaa tasawuf berpendapat bahwa fawatihus Suwar adalah huruf-huruf yang tepotong-potong yang masing-masing diambil darinama Allah, atau yang tiap-tiap hurufnya merupakan penggantian darisuatu kalimat yang berhubungan denganyang sesudahnya atau hurufitu menunjukkan kepada maksud yang dikandung oleh surah yang surah itu dimulai dengan huruf-huruf yang terpotong-potong itu.
  2. Mufasir Orientalis Pendapat yang palinng jauh menyimpang dari kebenaran adalah dari seorangorientalis yang bernama Noldeke dari Jerman, yang kemudian dikoreksi, bahwa awalan surat itu tidak lain adalah huruf depan dan huruf belakang dari nama-namapara sahabat Nabi. Misalnya: Huruf Sin adalah dari nama Sa’ad Bin Abi Waqosh,Mim adalah huruf depan dari nama Al-Mughiroah, huruf nun adalah dari namaUsman Bin Affan.
  3. Al-KhuwaibiAl-Khuwaibi mengatakan bahwa kalimat- kalimat itu merupakan tasbih bagi Nabi.Mungkin ada suatu waktu Nabi berada dalam keadaan sibuk dan lain sebagainya.
  4. Rasyid RidhaAs-sayyid menurut rasyid ridha tidak membenarkan al-quwaibi diatas, karena nabi senantiasa dalam keadaan sadar dan senantiasa menanti kedatangan wahyu.Rasyid ridha berpendapat sesuai dengan ar-Razi bahwa tanbih ini sebenarnya dihadapkan kepada orang-orang musyrik mekkah dan ahli kitab madinah. Karena orang-orang kafir apabila nabi membaca al-Qur’an mereka satu sama lainmenganjurkan untuk tidak mendengarkannya, seperti dijelaskan dalam suratfushilat ayat 26.
  5. Mufasir Dari Kalangan Syi’ah, Kelompok syi’ah berpendapat bahwa jika huruf-huruf awalah itu dikumpulkansetelah dihapus ulangan-ulangannya maka akan berarti : “Jalan Ali adalahkebenaran yang kita pegang teguh”. Perwakilan itu kemudian dijawab olehkelompok Ahlul Sunnnah, dan jawabannya berdasarkan pengertian yang merekaperoleh dari huruf-huruf awalan itu yang juga dihapus di ulangan-ulangannya dengan mengatakan “Benarlah jalanmu bersama kaum Ahlu Sunnah”.Dari pendapat para ahli tentang Fawatihus Suwar, dapat dilihat bahwa pentakwilan sebuah ayat sangat banyak macamnya. Hal ini boleh jadi didasari oleh pendidikandan ilmu-ilmu yang dimilikinya serta kecenderungan mereka mengkaji Al-Qur’an secara lebih luas.

D. MANFAAT

Fawatihus Suwar Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan dari segi makna dan kebahasaan. Fawatihus Suwar merupakan salah satu realitas keistimewaan misterius yang terdapat di dalam Al_Qur’an.

Pemaparan tentang fawatihus Suwar, khusunya menyangkut Al-Huruf Al Muqotta’ah, tidak banyak bahkan hampir tidak ada yang berhasil mengungkapkan latar belakang ataupun keterangan yang valid yangsecara historis bisa membuktikn hubungan-hubungan fawaitus suwar.Dari segimakna, memang banyak sekali penafsiran-penafsiran spekulatif terhadap huruf-huruf itu.

Dikatakan spekulatif, karena penafsiran-penafsiran mengenai hal itu tidak didahului pengungkapan konteks historisnya. Lain halnya dengan Fawatihus Suwar dalam bentuk lain misalnya Al Qosam (sumpah), An Nida’ (seruan), Al Amr (perintah),Al Istifham (pertanyaan) dan lain-lain.

Urgensi  terhadap fawatihus suwar tidak terlepas dari konteks penafsiran Al-Qur’an. Pengggalian-penggalian makna yang terlebih dahulu  akan memberikan nuansa tersendiri, baik yang didasarkan pada data historis yang konkrit ataupun penafsiran yang menduga-duga. Lebih dari itu tentu saja kita tetap meyakini eksistensi Al-Qur’an, kebesarannya, keagungannya, juga rahasia kemu’jizatannya.

Adapun beberapa manfaat Fawatihus Suwar:
  1. Sebagai Tanbih ( peringatan ) dan dapat memberikan perhatian baik bagi nabi,maupun umatnya dan dapat menjadi pedoman bagi kehidupan ini.
  2. Sebagai pengetahuan bagi kita yang senantiasa mengkajinya bahwa dalamfawatih as-suwar banyak sekali hal-hal yang mengandung rahasia - rahasia Allahyang kita tidak dapat mengetahuinya,
  3. Sebagai motivasi untuk selalu mancari ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
Untuk menghilangkan keraguan terhadap al-Qur,an terutama bagi kaum muslimin yang masih lemah imannya karena sangat mudah terpengaruh oleh perkataanmusuh -musuh islam yang mengatakan bahwa al-qur’an itu adalah buatan Muhammad. dengan mengkaji Fawatih al-Suwar kita akan merasakan terhadap keindahan bahasa al-Qur’an itu sendiri bahwa al-Qur’an itu datang dari Allah swt.
Sumber: Copas dari Muh Amri 12 Desember 2013
http://muhamri03.blogspot.com/2013/12/fawatihus-suwar.html